[Muhammad Nur Abdurrahman a.k.a Daeng Ammang/Makassar Nol Kilometer]
Minggu siang di sebuah pentas seni SMU Negeri 1 Makassar. Bising suara musik dari sound system yang disusun seperti miniatur gedung pencakar langit. Abdul Syukur tampak serius memperhatikan setiap gadis yang melintas di depannya. Usianya kini 25 tahun. Ia tak mau melewatkan acara itu karena yang menjadi bintang tamu adalah band terkenal, Superman Is Dead (SID). Apalagi banyak cewek-cewek mancek[1] di tempat itu, katanya.
Ketika kuhampiri, ia masih menyisir satu-satu wajah manis siswi SMU yang hari itu tidak berseragam putih abu-abu.
“Coba kau lihat cewek yang pake rok coklat muda itu, yang dipeluk cowoknya. Cantik!” katanya padaku. Mungkin ia merasa iri pada lelaki di samping perempuan itu.
“Kau tak kalah tampan, cuma kalah keren,” kataku. Ia hanya tertawa.
Meski hari itu cukup panas, ia tak melepas jaket jeans yang ia pakai. Jaketnya dipadu dengan celana jins belel. Sebelum kutemani, ia merasa sangat asing di tempat itu. Berikutnya, ia tak segan lagi mengomentari apa-apa yang ia lihat.
Lapangan basket, tempat acara itu berlangsung, dipenuhi gadis-gadis yang tampil mentereng. Bila berdiri di dekatnya atau ketika mereka melintas, akan tercium wangi parfum dari tubuh mereka. Busana yang dipakai gadis-gadis itu, bila terlihat jelas mereknya, tidak adalah pakaian yang diiklankan oleh MTV.
Abdul Syukur tinggal di Jalan Tinumbu, bagian utara
Di daerah Abdul Syukur dikenal istilah Capoa yang merupakan singkatan dari Cammara na Pota, yang berarti comberan dan lumpur kotor. Istilah itu sering dipakai untuk mengomentari wanita yang selalu berpakaian warna terang (merah, kuning, jingga, hijau) dengan make up menor; bedak atau gincunya tebal. Capoa juga bisa berarti enceng gondok, tumbuhan air yang banyak didapati di daerah utara bila musim hujan tiba.
Selain Capoa, juga dikenal
Seperti model berpakaian, model rambut juga selalu menjadi fenomena di kalangan anak utara. Ketika model rambut Mohawk yang dipopulerkan pesepakbola David Beckham digemari, serentak model rambut itu dicontohi oleh Anak Utara, dan semakin dilebih-lebihkan dengan mewarnai rambut mereka.
Sama pula ketika band Peter Pan, yang mengorbitkan Ariel, sedang menjulang pamornya. Dandanan Ariel, dari ujung bawah ke atas, dijiplak habis-habisan. Cambang dipanjangkan, rambut dibelah tengah, dan jins model senapan. Meski tak betul-betul mirip, mereka berusaha mengikuti tren dengan cara mereka sendiri, entah itu rambut dicat atau dianeh-anehkan.
Sementara Anak Selatan tampak biasa-biasa saja; tak banyak yang berubah. Anak Selatan lebih terpengaruh pada
Fenomena merebaknya distro sendiri, telah mulai ada sejak tahun 2000. MMC adalah salah satu distro pertama di
Gaya Capoa, Singdangdut, dan Ana’ Layang adalah sebutan yang hanya ada di daerah utara Makassar, terutama sekitar Jalan Tinumbu, Kandea, Barukang, Cambayya, dan Tallo. Bisa saja akan ada kemiripan dengan
Stigma bahwa anak dari utara tertinggal dalam hal
Pengkategorian gaul di Makassar sering pula dikaitkan dari apa yang ada di tempat itu. Misalnya, sebuah harian yang terbit di Makassar, memberitakan
Keempat sekolah ini, menurut sebagian orang, “unggul” sebagai pencetak siswa-siswa keren. Tapi, menurut Dinarum, dulu ia sekolah di SMU Negeri 2, anak-anak satu sekolahnya biasa saja. Kalau pun ada yang bilang lebih eksklusif dibanding dari sekolah lain, mungkin karena ada beberapa orang saja yang kelihatan berduit, membawa mobil ke sekolah, atau gaulnya di mall atau di TO (Bioskop Twenty One). Itu hanya penilaian dari orang yang ada di luar saja, tambahnya. Sebenarnya, harian itu punya alasan juga, keempat sekolah ini ketika membuat acara, seperti pentas seni, memang selalu terlihat “wah”, mulai dari format acara yang lebih inovatif sampai bintang tamu yang mereka undang. Tentu, mereka yang datang ke acara ini, selalu akan tampak “sempurna”.
Sementara siswa SMU yang ada di daerah utara, bukannya merasa tertinggal. Mereka punya acara sekolahan juga yang tak kalah ramainya dengan pentas seni Anak Selatan. Acaranya seperti bazaar, festival musik, atau pertandingan olahraga. Pengunjungnya banyak dari siswa atau dari daerah sekitar sekolah saja. Sekolah anak utara pun tak kurang prestasinya dibanding sekolah anak selatan, misalnya siswa-siswa SMU Negeri 4 menjadi langganan juara infitasi bola basket antar SMU se-Makassar, bahkan telah beberapa kali diutus mewakili Indonesia Timur dalam kompetisi nasional.
Anak selatan boleh punya Mario, De Club, atau Botol Musik sebagai tempat clubbing dan merasai gemilangnya malam. Anak Utara juga punya