Thursday, December 27, 2007

Koleksi Foto yang Terakhir Saya Upload

Pagi di Paotere

Lingkaran Halo di atas Hotel Quality

Aksi teatrikal Firman Djamil cs. untuk menyikapi Pilkada Sulsel

Thursday, November 29, 2007

Saya Pusing Jadi Orang Indonesia

Mereka masih turun ke jalan, entah sampai kapan? Ini tanggung-jawab penguasa

Pilkadal di kampung saya baru saja usai ( 5 Nov). Ada yang menggugat --tentu dari kubu lain, ada yang menunggu janji-janji yang pernah terlontar dibayar, pula ada yang tetap pesimis dengan keadaan yang sementara berlangsung di Sulsel kini. Apa yang terjadi sebenarnya? Kubu pemenang menjanjikan pendidikan dan kesehatan gratis. Apakah hal itu betul-betul nyata? Saya belum percaya. Hal itu menurutku hanya bohong belaka dari seorang pembual yang pandai mengelabui orang banyak. Sebab, seorang bijak dari seberang berpendapat bahwa penguasa atau politisi jaman sekarang tak lebih seperti seekor ular yang selalu berganti kulit. kulitnya saja yang terganti, bisanya tetap mematikan. Kalau penguasa pun begitu, ia bisa saja menggunakan baju koko dan kopiah agar dicap bertakwa, rajin menyantuni pengurus masjid agar dilabeli dekat dengan umat, sementara usai pulang dari masjid, nyambung ke Night Club atau di kamar hotel nyabu bersama teman-temannya yang lain. (Tren pejabat yang berlaku sekarang seperti ini kurang lebih)

Masih dengan perihal perkataan orang bijak itu, di masa yang akan datang, kurang lebih 14 tahun kemudian, penguasa-penguasa yang sementara ini berkuasa di masa itu sudah banyak yang tewas. Mungkin ada yang kena serangan jantung, stroke atau penyakit lainnya yang kerap diidap oleh orang kaya. Jadi, bangsa ini membutuhkan lowongan pekerjaan sebagai pemimpin-pemimpin yang seperti dijabat oleh orang-orang yang sementara menjabat ini. 14 tahun itu bukan waktu yang lama, tanpa disadari putaran jarum di arloji kita sudah membawa kita ke masa itu. Pasti, jika ingin semua yang ada di bangsa ini selamat, seperti yang selalu dicita-cita-luhurkan, kita harus mempersiapkannya. Tentunya dengan konsep yang seideal mungkin.

Tapi, apakah mungkin 14 tahun ke depan itu kondisinya akan lebih bagus atau bangsa ini sudah hangus, jika calon-calon penguasa ini (usianya sekitaran umur saya) dinina-bobokan oleh kemilau permata dan gepok demi gepok rupiah di depan matanya. Contohnya, seorang teman angkatan saya yang menuduh saya sebagai orang yang bodoh karena saya memilih Golput pada Pilkadal kemarin. Saya tenang-tenang saja. Tak perlu saya menyalahkannya, sebab hal itu sudah tugasnya sebagai tim sukses dari salah satu kandidat. Paling-paling dia khawatir kehilangan poin demi poin karena demam Golput lagi marak-maraknya. Ikut gabung sebagai broker politik adalah pilihannya, orientasinya merapat dan ikut menikmati "kue" yang sementara disantap oleh mereka-mereka yang jauh dari kemaslahatan umat.

Satu contoh lagi dari seorang kawan yang malu-malu ketika ia kudapati di sebuah klub malam di Makassar. Ia pentolan HMI kala masih mahasiswa, ketika sarjana ia ikut di Campaign Team. Saya curiga, duduk di antara kawan-kawannya, ditemani beberapa jenis minuman beralkohol sambil menyaksikan penari yang hampir saja telanjang, adalah sesuatu yang tak pernah ia perkirakan akan ia alami atau singgah sebagai pengalaman hidupnya oleh karena bacaan dan diskusi-diskusi di pojok-pojok kampus. Ke mana perginya bacaan-bacaannya itu, lari entah ke mana semua konsep ideal yang dulu singgah di kepalanya. Apakah karena pengangguran yang begitu keji sehingga ia melakukan hal itu. Saya tak percaya kalau ranah ideal hanya ada di kampus belaka. Ia bersemayam di hati nurani kita masing-masing.

Musim kampanye dan Pilkadal sudah selesai,
saatnya melunasi utang-janji pada rakyat


Penguasa atau pemimpin di tiap wilayah negeri ini apakah betul representasi rakyatnya? menjadi Gubernur di Jakarta butuh duit sekitar 400 milyar yang harus dibayar ke partai-partai politik. Jakarta, kata si bijak yang tadi, kehilangan calon pemimpin yang bisa menyelamatkan warganya dari jurang kehancuran karena si calon ini miskin. Mau ambil duit di mana 400 milyar. Begitu pula di tempat-tempat lainnya yang ada di Indonesia. Mengklaim suatu kaum sebagai basis massa adalah komoditas yang laku dijual di jaman pilkadal. Partai politik adalah pintu masuk, di situ ada karcis yang harus dibayar, sudah itu masih banyak lagi tetek-bengek yang harus dilunasi. Berarti menjadi pemimpin itu tidak boleh miskin. Jawab saya, ia boleh miskin harta tapi tak boleh miskin ide dan nilai-nilai luhur yang menjunjung kepentingan sesama.

Kuli jalan tak pernah dicatat sejarah paling tidak
diperhatikan nasibnya, meski perannya
sungguh vital pada pembangunan fisik bangsa ini.

Dengan semua gejala-gejala yang dialami bangsa ini membuat saya pusing menjadi bagian dari bangsa ini. Semoga saja saya bisa belajar dan selalu berbuat adil bagi yang lain dan senantiasa tersadar bahwa hidup ini juga buat yang lain, tamak adalah perbuatan keji dan dibenci Allah. Kalau aku dibilang bodoh karena Golput, sungguh lebih baik aku memotret dan menulis daripada gabung dengan Tim Sukses,... kapan suksesnya ya?
(Teks & Foto oleh DaengAmmang)

Tuesday, October 23, 2007

::Portraite::

.: A Cup of Coffee from Grandma :.

.: Let Me Go Home! :.

Foto 1 : dipotret di Camba, nenek dari tante bapakku, ia peminum kopi yang hebat.
Foto 2 : anak kecil menangis mau pulang ketika ayahnya shalat ied, di perkampungan jamaah an-Nazir, di Gowa, 11 Oktober 2007

Wednesday, October 10, 2007

Sunday, October 7, 2007

Kebutuhan Primer Bernama Selular

Berkomunikasi dalam kondisi apa pun

Menjenguk lewat 3G

In the Waiting Room

Ada satu cerita dari pengakuan perempuan PSK ketika ia ditanya soal pekerjaannya. Ia berkilah, dalam hidupnya ada beberapa hal yang harus ia penuhi, salah satunya adalah mempunyai ponsel dengan pulsa yang penuh. Selain dari kebutuhan primer yang pernah diajarkan ketika kita masih SD (pangan, sandang dan pangan), pulsa kini masuk ke dalam sendi-sendi hidup manusia. Sudah menjadi fitrahnya, manusia diciptakan untuk saling kenal-mengenal dan bekerja sama. Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa ada andil dari orang lain. Tapi, apakah manusia bisa hidup tanpa pulsa? Ya, tergantung konteksnya pasti!

Sudah sejauh manakah selular menular pada manusia? Apakah ia telah bercampur dalam darah manusia, atau ia senantiasa sama pentingnya dengan denyut di nadi manusia. Jawabannya ada di kepala kita masing-masing. Mungkin satu sama lain berbeda versinya, tapi mungkin saya telah lancang menyimpulkannya: "I'm Addict of Pulse"


Foto-fotoku ini hanya secuil dari fenomena yang selalu berubah-ubah pada hidup kita,... semoga bisa bermanfaat buat yang lain. Amin
!

Friday, September 14, 2007

Warna Ramadhan

Pedagang sayur-jadi marak di pasar-pasar

Pedagang musiman yang menjual dari tasbih hingga minyak wangi


Tadarrusan di Masjid Raya, sambil menunggu buka puasa


Suasana Masjid Raya Makassar saat usai shalat Ashar
Bedug Sahur keliling, mengganggu tapi dinanti

Penjual Cendol depan rumahku. "Panen lagi,.."



Bulan Ramadhan memang bulan teladan. Bulan yang selalu dinanti oleh Umat Muslim di berbagai antero jagad raya ini. Maghfirah dan hidayah dari Allah Azza wa Jalla amat dinantikan oleh hamba-hamba'Nya. semoga Ramadhan kali ini membuat kita semua umat'Nya menjadi lebih baik, sebaik-baiknya manusia...
Foto & Teks : oleh Daeng Ammang Petta Rukka

Tuesday, September 11, 2007

Je-Ka Datang, Jalanan Lengang

Foto ini dijepret di depan Ininnawa, KM 9 Makassar, hari senin (10/09/07), pukul 09.15 Wita

Sampai sekarang saya masih bingung, prinsip servant public yang harus dijunjung tinggi oleh orang-orang yang mewakili orang banyak atau publik koq malah terbalik dan nyatanya malah bikin susah si pemberi amanah. Alasannya sih, pengamanan standar kepresidenan. Tapi, kalau dipikir-pikir: seandainya saya mau melakukannya, saya bisa melempar mobil Mercedez Benz tipe Limousin dengan telur busuk atau pake roket sekalian, saat rombongannya melintas di depanku misalnya. Nah, standar keamanannya di mana ya?

Yang nampak atau di benak, kalangan eksekutif negara atau propinsi ini atau "bos-bos" kita, diciptakan untuk membuat saya atau yang lain menjadi susah. Kemacetan yang sungguh dahsyatnya, efek dari sesuatu yang dilabeli pembangunan untuk kesejahteraan buat semua, pun bisa sirna dalam sekejap. Polisi tak lebih seperti tongkat Nabi Musa yang bisa membelah laut merah, cegat sana-sini, tutup semua jalan, Je-Ka mau lewat. Simsalabiim, Je-Ka dan rerombongannya berlenggang-kangkung di ruas penyumbang polusi terbesar di Makassar.

Pangkat betul-betul membuat kita berbeda, yang awalnya saudara. Pangkat bisa menebalkan semuanya, dari dompet sampai wajah yang semakin tidak-peka pada sesama umat manusia,... loh,... sudah out of frame ya? Ya sudahlah,... biar Tuhan yang balas,...

Monday, August 27, 2007

Sandeq Race 2007

Tari Sendok Dua Warna

empat Pa'sandeq

Lelautan Emas

Parade Senja Losari

Tidak salah memangmi, kalau ada orang luar Makassar bilang: Makassar itu luar biasa. Apalagi pantai Losarinya boss,... Apalagi kalau datang semuami Passandeq dari Mandar, tambah ramemi jadina,... dari banyak foto, cuma iniji kodong saya bisa kasiliatki,.... [daengammang]

Thursday, August 16, 2007

Gemuk Itu,...

Saya mulai gemuk di foto ini


ada teman yang menyarankan melihat foto saat masih kerempeng, ini fotonya bro!
"Ko' lain ya rasanya: saat masuk bekas kampusku dulu. Semua temanku pandangannya jadi lain. Mata mereka membelalak ke bawah dadaku, atau tepatnya di mana pusarku berpijak. Memata mereka seperti bertelunjuk lalu menunjuk ke perutku. Apa yang salah dengan perutku? Apakah lingkar-diameter perutku ini mempunyai kesalahan. Bermacam fitnah menghunjamku. Ada yang bilang aku telah hamil 3-5 bulan, sudah sukses lah,ada yang menuduhku sudah menjadi Koruptor, pula ada yang menyemangatiku [secara tidak sengaja mungkin] sudah menjadi bapak, semoga jadi bapak yang baik kelak. Tiba-tiba saja saya seperti bintang iklan berdeodorant buruk. Atau, berkepala banyak-ketombe. Apakah tiba-tiba menjadi gemuk itu kriminal? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sejak pertama cetakannya memang seperti itu. Memang beratku sekarang 75 Kg, tidaklah ideal bagi lelaki yang tingginya cuma 168 cm (168/tinggiku - 110=58 Kg adalah berat ideal menurut ahli gizi), tapi tetap saja saya rasanya jadi lain, seperti rasa-rasa asin lah. Atau, komentar mereka sekadar komentar biasa-biasa saja, komentar standar yang selalu terlontar dari teman-teman terlantar (ditelantarkan oleh saya). Big is Beatifull! Big always Right,.. atau Big is gejala obesitas,... ya what ever they said lah, my life must go on!

Tuesday, August 7, 2007

Sikat Gigi Massal, [beberapa fotoji kasian,..]

lupa sikat gigi ya pak?

gayanaji ini massika' gigi,...

menjunjung tinggi-tinggi sikat gigi

berebut sedikit air

sikat yang bersih 'dik,.... eitz, rambutnya jangan ikut disikat dong.

menyikat sambil liat2i panitia tawwa

Thursday, August 2, 2007

Pada Satu Pagi yang Tidak Biasa

Indah mentari ternodai kepulan asap

Straight to the Point!

Mula pertama di rumah ini

Rebba-sipatokkong

"Saya turun dulu ya,..." & "Kalo gitu, aku yang masuk,.."

ludes terlalap si jago merah

Api. Menurutku ia seperti anak lelaki, yang ketika balita dulu amat menggemaskan, sedangkan saat mulai beranjak lalu merangkak kemudian berlari, dari waktu ke waktu bertambah besar menjadi mengenaskan. Ah, barangkali saya yang terlalu sering mengambil sampel pada diriku sendiri. Api, salah unsur penting di alam jagad-raya ini. Berkat ia, banyak hajat hidup manusia tertopang oleh adanya api. tidak lengkaplah tanpa ada unsur panas, sementara dingin (saat mengetik tulisan ini) semakin lama semakin menusuk ke tulang. Oh, seandainya saja ada tungku dan secangkir cokelat hangat. 'kan kureguk nikmat indahnya dunia. Saat ia bergolak, semua panik dibuatnya. Ia terkadang datang saat dipinta, sengaja atau tidak. Ia datang dengan bersemangat, saat kita tengah lengah, ia menghampiri kita dengan segala kedigdayaannya. Apa yang bisa kita lakukan untuk menyambut 'tamu' kita itu? Menyambutnya dengan seember atau sebaskom air. Panikkah ia? Tergantung!

di blog ini, kita berbagi pengalaman dan foto-foto dengan kejadian kebakaran di Makassar, 30 Juli 2007. Di jalan Stadion, samping stadion A Matalatta, tepatnya sebelum dimulai acara sikat gigi massal untuk rekor MURI di tempat yang berdekatan dengan lokasi kebakaran.

Tuesday, July 24, 2007

Perlahan, Diriku Mulai Lapuk


kala usiaku masih 1 tahun



'mimpi-mimpiku' yang sedikit-sedikit mulai aku sentuh


18 Juli 1983, di sebuah rumah bersalin dekat rumah nenekku, entah itu pagi, atau sore atau malam, yang pasti di hari itu adalah nafas pertamaku. Setiap yang berulang-tahun atau punya teman yang berulangtahun, selalu terlontar ucapan selamat pada hari itu, dibumbui harapan agar lebih bersemangat menjalani hiruk-pikuknya hidup. ada yang bilang setiap yang berulangtahun harus punya resolusi, lebih baik dari kemarin. entahlah, yang pasti sudah lebih 24 tahun aku hidup dan masih pusing tentukan arah mana yang kutuju sebenarnya. apa yang telah kuperbuat selama ini. berartikah?

Saturday, July 7, 2007

Adjoep-adjoep ri Mangkasara,...

waspadako gang,.. lannyakkaji koncina bodinu

dj Eqy, pallaka accampuru musi',...
tangang di atas,... awas pacope ribokonu

singkammamami pasara, i didi, jaina tau,..
ati-atiko gang, tappukaji ura' kallongnu
siapa watt lampuna anne kira-kira di',...
apina attanja dragongi,...


kukana memang sibotolo'mo, nuinungi tallu, tugguru'mako,....


kamma-kamma anne, iantu rikanayya dunia malang ri
kampongta; Mangkasara, sanna sikalimi suara'na. Wattu rioloa, Jambatan
bassi-(Jambas)-iaji niisseng. Rioloa tong, tenapa terkenal nikanayya Jack
Daniels, Red Labels, ato Tequila. Apalagi anjo nikanayya Shabu-shabu ato Putaw.
Ballo'ji sigang Anggur tjap orangtua jai tau ngissengi. Katoa memangmi kampongta
di',.. jai dudumi perubahanna, apalagi abbiringmi nia agangang tapputara-putara
ri perempatanna Pettarani. Tapi, tea'maki accarita labbu soal wattu jaman
rioloa,... kicinimi pale'na foto-fotoku gang! Adjoep-adjoep bede nakana
cucungku,...

Sunday, July 1, 2007

The Next Dream Team


Setiap pertandingan sepak bola yang diperankan oleh teman senegeri sendiri, yang diakhiri dengan kekalahan, pasti akan berujung banyak komentar yang sebenarnya pedih jika didengar oleh orang-orang yang bersangkutan dalam pertandingan itu. Hujan umpatan, semuanya miris. Tapi wajarlah, hukum yang berlaku: penonton selalu merasa lebih jago dari yang ditontonnya, ia bisa pula lebih cerdas dari komentator yang selalu membuka acara di televisi. Sementara kualitas lembaga persepakbolaan pun sebenarnya masih lebih-banyak tidak becusnya. Apa yang salah dari kualitas atlit sepak bola di Indonesia, darah sama merah, keringat sama-sama punya. Apa ya?


Sejarah persepakbolaan Indonesia pernah mencatat prestasi yang luar biasa di kancah internasional, saat menahan imbang Uni Soviet, kala itu masih jamannya Ramang dan Mauly Saelan. Termasuk pula tim usia belia yang dikomandoi Abanda dari Makassar, berjaya di kompetisi kaliber dunia. Paling tidak, dari hasil tim belia ini ada harapan untuk bisa mencetak pesepakbola sekelas David Beckham, Wayne Rooney, atau Steven Gerard. Ketiga atlit Inggris ini, bakatnya telah tampak sejak usia kanak-kanak. Berdoalah semoga Abanda yang tumbuh dari komunitas yang terkadang disisihkan, menjadi pemain yang pilih-tanding.


Foto ini, kuabadikan di pelabuhan Paotere, saat mereka usai berenang di pantai tercemar. Kalau dilihat-lihat permainannya, mereka juga calon pesepakbola handal, lho',...